Rabu, 14 November 2012

Review Jurnal Ekonomi Koperasi 1.1

Diposting oleh Mutia Azila di 23.07

REVIEW I
KEDUDUKAN DAN KIPRAH KOPERASI DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN UMKM
OLEH
SLAMET SUBANDI
http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/_9_%20Jurnal_pemberdayaan_ukm.pdf

ABSTRAK
Koperasi adalah badan usaha yang unik, berbeda dari perusahaan bisnis lainnya. Perbedaannya adalah seperti: koperasi didirikan tidak hanya mengejar keuntungan untuk koperasi itu sendiri, namun koperasi ditugaskan untuk memberikan layanan kepada anggota sehingga untuk mendapatkan tidak diukur dari kemampuan untuk mencapai keuntungan, tetapi diukur dari kemampuan memperbaiki kondisi ekonomi rumah tangga dari para anggota.
Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus sebagai pengguna / konsumen, status khas merupakan identitas koperasi dimana anggota memiliki identitas ganda koperasi manajemen adalah proses mengoptimalkan organisasi koperasi, anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus sebagai pengguna / konsumen, status khas merupakan identitas koperasi dimana anggota memiliki identitas ganda koperasi manajemen adalah proses mengoptimalkan organisasi koperasi, pakaian yang terdiri dari rapat anggota), b) dewan direksi dan pengawas dan sistem manajemen pemanfaatan sumber daya manusia, material dan keuangan, untuk mencapai tujuan yang ditentukan serta meningkatkan kinerja koperasi.

I.            PENDAHULUAN
Perhatian pemerintah terhadap kehidupan rakyatnya sangat diperlukan, karena rakyat merupakan salah satu komponen berdirinya suatu Negara. Bagi Indonesia, rakyat bukan hanya sebagai indikator keberadaan negara, tetapi juga merupakan penegak kedaulatan yang menduduki tempat paling tinggi dalam konstitusi. Belum optimalnya keberhasilan pembangunan ekonomi dari rezim ke rezim yang lain nampaknya tidak terlepas dari konsepsi dasar pembangunan yang belum sepenuhnya mengutamakan kepentingan pemberdayaan ekonomi rakyat. Indikator dari kondisi tersebut antara lain terlihat dari semakin menyurutnya peranan koperasi dalam pembangunan ekonomi, bahkan sebagian ekonom sekarang malah mempertanyakan apakah koperasi merupakan alternatif kelembagaan uuntuk memberdayakan UMKM, atau hanya merupakan salah satu solusi.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh koperasi belum mencapai keberhasilan seperti yang dilakukan oleh badan usaha lainnya, tetapi dalam hal ini perlu dipertimbangkan juga banyaknya faktor yang dapat mendorong atau menghambat kegiatan usaha koperasi, Faktor-faktor tersebut antara lain, sebagian pengelola koperasi belum memiliki kepekaan bisnis (sense of bisnis), karena pada awalnya mereka memang bukan orang-orang profesional. Demikian juga jaringan bisnis koperasi dapat dikatakan hampir tidak berperan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kondisi lingkungan ekonomi dan profesionalisme. Demikian juga faktor lingkungan (eksternal) yang berkaitan dengan masalah kebijaksanaan pemerintah, serta lingkungan usaha ekonomi yang dibangun oleh banyak pelaku usaha lainnya, tidak dapat diharapkan berperan untuk mendukung keberhasilan koperasi. Masalah kedua yang dihadapi koperasi adalah dalam membangun partisipasi anggota koperasinya.
Masalah kedua yang dihadapi koperasi adalah dalam membangun partisipasi anggota koperasinya. Dalam hal ini banyak pakar antara lain Nasution 1991 yang mengatakan “Berikan kebutuhan yang paling diperlukan oleh anggota”. Azas one man one fote yang menjadi slogan koperasi belum menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk masuk menjadi anggota koperasi. Demikian juga asas yang merupakan prinsip dasar koperasi ini, belum dapat dipahami oleh sebagian besar anggota koperasi dengan tingkat kesejahteraan, dan pendidikan masih rendah, serta lingkungan sosial budaya masih kurang.
Banyak konsep pembangunan anggota koperasi yang bersumber dari koperasi-Koperasi di luar negeri, tetapi konsep tersebut tidak dapat diaplikasikan karena kondisi faktor-faktor lingkungan ekonomi sosial dan budaya tidak sama. Kekeliruan yang mungkin perlu diluruskan dalam membangun partisipasi anggota koperasi adalah adanya anggapan bahwa penyebab rendahnya partisipasi anggota koperasi lebih dikarenakan besarnya intervensi pemerintah serta adanya kelemahan kebijakasanaan dasar dalam pembangunan koperasi dan heterogenitas anggota koperasi sendiri. Faktor lain yang menyebabkan tidak konsistennya penilaian terhadap keberhasilan pembangunan koperasi adalah “Belum adanya standar baku tentang indikator keberhasilan koperasi, sehingga orang menilai koperasi dari indicator yang dibangunnya sendiri. Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa sesuai dengan azas dan prinsip dasar koperasi tujuan pembangunan koperasi adalah untuk mendukung pembangunan kemampuan ekonomi dari anggotanya. Keberhasilan koperasi akan dicirikan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi anggotanya, sebagai akibat dari adanya hubungan dalam kegiatan ekonomi antara anggota dengan koperasi. Dalam memenuhi kebutuhan anggota koperasi seharusnya dapat berhubungan langsung dengan produsen. Hubungan langsung ini dapat mengurangi biaya-biaya diluar biaya produksi seperti biaya pembungkus, dan biaya pemasaran sehingga harga dasar yang diperoleh koperasi dapat lebih murah. 
Jika koperasi dinyatakan sebagai kelembagaan alternatif, mungkin perlu diperhatikan bahwa koperasi memiliki banyak keunggulan dalam mendukung pemberdayaan kelompok-kelompok miskin. Koperasi juga merupakan organisasi non profit yang dapat mengumpulkan serta mempersatukan kelompok kelompok marginal, yang karena kemarjinalannya tidak mampu bersaing dalam pasar bebas. Satu hal lagi yang merupakan kekuatan koperasi selama ini jarang diperhitungkan adalah ”Koperasi merupakan bentuk kelembagaan formal yang memiliki jaringan sangat luas bersifat internasional. Kelemahan dari koperasi adalah karena faktor internalnya sendiri yang membatasi partisipasi anggota, karena koperasi menghendaki homogenitas anggota terutama dari aspek kepentingannya terhadap koperasi. Dari adanya berbagai kekuatan koperasi dan dengan mengeliminir kelemahan yang ada maka koperasi idealnya dapat menjadi actor penting dalam mendukung perekonomian nasional, yang dibangun oleh sebagian besar rakyat yang tergolong dalam kelompok UMKM. Yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana memposisikan koperasi dalam sistem perekonomian nasional. Sedangkan diketahui sekarang ini sangat banyak kendala yang menghambat pengembangan koperasi, terutama dari aspek kebijakan makro yang dipengaruhi semangat globalisasi
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi terutama yang terkait dengan hubungan koperasi dan anggotanya sebagai modal utama koperasi antara lain ; Faktor perekat. Dalam suatu koperasi faktor perekat yang sangat mendasar adalah kesamaan kepentingan ekonomi dari para anggotanya. Signifikansi faktor ini tergambar jelas diperhatikan adanya fenomena bahwa seorang anggota yang telah berhasil dalam usahanya cenderung akan meninggalkan koperasi walaupun sebelumnya keberhasilan orang tersebut didukung sepenuhnya oleh koperasi. Orang tersebut malah merasa tidak memerlukan koperasi lagi. Peningkatan kemampuan menyebabkan orang berubah kepentingannya maka orang tersebut dapat pindah ke koperasi lain, yang dapat memenuhi kepentingannya. Dengan kata lain faktor homogenitas kepentingan anggota merupakan kata kunci dalam membangun koperasi.
Anggaran Dasar (AD) koperasi merupakan cerminan dari kepentingan anggota. Tetapi sekarang AD diseragamkan (oleh instansi pemerintah), yang berarti menyeragamkan kepentingan anggota. Hal ini dimaksudkan agar AD yang disusun sesuai dengan peraturan. Tetapi perlu diingat bahwa perlakuan tersebut merupakan kesalahan, oleh sebab itu harus diperbaiki. Perkembangan koperasi mengalami pasang surut sesuai dengan intensitas pembinaan yang dipengaruhi oleh banyak aspek. Pada akhirnya timbul pertanyaan mengapa sampai sekarang peran dan kiprah koperasi di Indonesia sulit dikembangkan.

Nama   : MUTIA AZILA
NPM   : 25211046
Kelas   : 2EB10

0 komentar on "Review Jurnal Ekonomi Koperasi 1.1"

Posting Komentar

 

' Mutia Azila Sweet Cupcake Designed by Ipietoon