Moralitas Pelajar Zaman Sekarang
Pelajar
sekarang kurang memahami apa sebetulnya hakikat dan tugas seorang pelajar,
mereka hanya berangkat pagi dapat uang saku kemudian berangkat sekolah setelah
bel berbunyi tanda pelajaran sekolah telah usai kemudian bergegas pulang dan
selesai. dengan tanpa belajar, tanpa memahami sopan santun dalam lingkungan
sekitar apa itu realita potret pelajar zaman sekarang? Nampaknya pelajar
mengalami dekadensi di semua elemen yang mempunyai relevansi denganya baik dari
segi prestasi akademik, kurangnya sopan santun terhadap lingkungan di
sekitarnya di tambah lagi persoalan Ujian Nasional yang setiap tahun mengalami
perubahan dari standar minimal kelulusan sampai prosedur yang digunakan sering
kali menuai protes dan kecaman dari berbagai pihak membuat pelajar terbebani
dan kebingungan dalam menyikapinya, ada yang stress, depresi, bahkan ada yang
sampai bunuh diri karena nantinya takut dan malu kalau tidak lulus. Hal ini
nampaknya tidak berpengaruh pada kemendiknas untuk tidak merubah sistem
yang ada maka tidak heran kalau mutu pendidikan di indonesia belum bisa di
sejajarkan dengan negara-negara berkembang lainya seperti singapura, malaysia
dan brunei darussalam.
Di
sisi lain dalam dinamika perkembangan zaman yang di sesaki dengan teknologi
informasi berbasis multimedia seperti handpone dan laptop yang seakan wajib
dimiliki oleh setiap pelajar, internet yang mudah di akses dimana-mana, membuat
pelajar hanyut terbuai di dalamnya, sehingga tidak berlebihan kalau internet di
ibaratkan seperti halnya pisau yang tajam, filosofi pisau itu tergantung yang
memakainya, mau di gunakan untuk peralatan masak di dapur atau di gunakan untuk
melukai seseorang tergantung yang memakai, sama halnya seperti internet kalau
di gunakan untuk hal-hal positif juga besar manfaatnya namun sebaliknya kalau
di gunakan untuk hal-hal negatif juga tidak kalah besar bahaya dan dampaknya
bagi generasi muda terutama pelajar, betapa tidak pornografi yang marak
dimana-mana membuat pelajar penasaran dan ingin mengaksesnya karena memang jiwa
remaja yang masih labil dan belum menemukan jatidirinya, teknologi
mempermudah untuk melakukan hal tersebut dengan cara bluetooth dan di
upload di internet pornografi pun secara cepat menyebar di seluruh penjuru
nusantara. Hal ini membuat pemikiran pelajar tidak mengalami perkembangan
otaknya sudah di penuhi ilustrasi yang mereka tonton, cara
mengidentifikasi pelajar sudah terjangkit pornografi atau tidak, itu bisa di
lihat dari perilaku dan tutur katanya sering berbicara jorok kepada teman
sesamanya, sering menyendiri, melamun membayangkan sesuatu yang dia tonton,
merubah kebiasaan yang sudah mengakar memang tidak semudah membalikan tangan,
harus di dasari dengan pendekatan emosional dan kesadaran dari hati ke hati
antar semua elemen yang berkaitan dari mulai orang tua di rumah memberi contoh
kepada anak-anaknya yang baik, civitas akademika di sekolah berinovasi
bagaimana upaya agar para pelajar antusias dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah, pemerintah memproteksi situs-situs porno dan menindak tegas bagi orang
yang mengedarkan dan menyebarluaskan, kalau hal itu terpenuhi maka pernografi
bisa teratasi dan tidak menjadi bumerang bagi pelajar.
Kelakuan para pelajar yang sudah
bertindak diluar batas normal. Bukan hanya melakukan tawuran yang memang sangat
merugikan semua pihak, melainkan video porno yang sudah beredar hampir
keseluruh tanah air dengan adegan yang menurut dunia pendidikan sangat tidak
pantas dilakukan oleh seorang pelajar apalagi didepan umum. Ironisnya,
pelajar-pelajar yang melakukan aksi melakukan tersebut sama sekali tidak merasa
keberatan merekam tindakan asusilanya tersebut dan bahkan menjadikan aksi
tersebut sebagai lelucon dan gurauan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi
sedangkan yang seharusnya mereka lakukan adalah belajar serta menuntut ilmu
demi masa depan mereka dan kemajuan bangsa.
Pemerintah yang menanggapi
permasalahan tersebut melihat adanya aspek pengawasan yang rendah dari orang
tua pelajar-pelajar tersebut serta rendahnya pengawasan dari aparat setempat
jika ditinjau mengenai kasus tawuran antarpelajar bahkan antarmahasiswa.
Bimbingan yang kuat serta pengawasan dari pendidik juga sangat diperlukan,
apalagi motif yang mendasar adanya tindak kekerasan atarpelajar tersebut adalah
persaingan antar sekolah serta dendam pribadi dari salah satu pelajar yang
menjadi provokator. Tindakan kekerasan dan asusila yang mewabah kepada pelajar
jaman sekarang harus disikapi dengan bijaksana agar adanya penyelesaian yang
efesien. Diperlukan pengawasan yang lebih dari orang tua dan pendidik sekarang
ini agar pelajar yang bersikap diluar batas bias diarahkan menjadi lebih baik.
Jika tidak ada tindakan yang tegas, tawuran dan tindak asusila akan merajalela
serta nilai-nilai bangsa akan hilang begitu saja.
Pegawasan yang ketat memang
merupakan kunci utama yang harus dilakukan orang tua dan guru-guru sekarang
ini. Karena lingkup termudah yang turut andil dalam pencegahan tidak kekerasan
dan asusila terhadap pelajar adalah dimulai dari keluarga dan lingkungan
sekolah. Pemerintah pun harus tetap berupaya dalam penuntasan kasus-kasus
tersebut melalui aparat setempat dan system keamanan yang berlaku diseluruh
wilayah tanah air. Pelajar Indonesia harus diarahkan kepada segala hal yang
positif karena merekalah yang menjadi generasi penerus bangsa. Menjadi
siswa-siswi yang berprestasi dan membanggakan haruslah menjadi target mereka.
Dengan demikian, peran orang tua serta pemerintah dalam mewujudkan generasi
bangsa yang cerdas tidak akan sia-sia.
Apabila
tidak ada kepedulian berarti terhadap persoalan kasus moralitas pelajar dari
pimpinan bangsa ini, maka jangan heran kalau dekadensi moral bangsa ini terus
berlanjut. Pemimpin hanya fokus persoalan besar namun tidak sistemik sementara
persoalan yang dianggap sepele seperti kasus video mesum itu dibiarkan berlalu
tanpa perhatian sang pemimpin yang seharusnya juga menjaga moralitas bangsa,
padahal moralitas bangsa sangat penting dalam peradaban dunia moderen. Di
negara Barat yang katanya menganut sistem liberalisme itu ternyata persoalan
moralitas menduduki rangking pertama perhatian mereka, akses pelajar
mempelajari perbuatan tercela dibatasi, film dan acara televisi amat ketat
penayangannya sehingga pelajar tidak mudah mendapatkan akses untuk itu.
Bagaimana dengan di Indonesia? Sebagai negara Pancasila kita malu ternyata
sistem yang kita anut itu di lapangan berubah menjadi lebih liberalis darim
pada sistem liberalisme yang diterapkan di Barat. Pelajar dengan mudah dapat
mengakses hal-hal yang dapat membentuk mereka meniru perbuatan nista dan jahat.
Akumulasi dari menyerapnya "pelajaran seks" dengan membiarkan
perilaku bebas dikalangan remaja dan mudah di akses melalui acara-acara
televisi dan ruang publik lainnya membuat vidseo mesum pelajar tersebut diatas
menjadi puncak gunung es persoalan dekadensi moral dikalangan pelajar.
Nama: Mutia Azila
NPM: 25211046KLS: 3EB10
1 komentar on "Moralitas Pelajar Zaman Sekarang"
memang gitu mba, parah klo jaman sekarang..
Posting Komentar