REVIEW III:
MODEL KOPERASI YANG BERBASIS PADA SINERGITAS MODAL SOSIAL
DAN EKONOMI
(Pendekatan
Klaster Perikanan di Kabupaten Cirebon)
Oleh :
Dr. Heri
Nugraha. SE. MSi
http://www.ikopin.ac.id/downloads/ARTIKEL&KOPERASI%20Seminar2003.pdf
V.
Hasil Analisis Kualitatif
Analisis
kualitatif dilakukan dengan FGD, pendampingan dan pendapat ahli, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan dalam membangun model koperasi
sebagai manajemen klaster perikanan di Kabupaten Cirebon dengan mengacu pada landasan
teori yang telah dikemukakan di atas. Hasil dari analisis kualitatif, dapat
disusun model klaster perikanan dengan koperasi sebagai manajemen klaster,
sebagai berikut :
Gambar di atas, menjelaskan tentang peran koperasi dalam
klaster perikanan, terlihat bahwa transfer teknologi terjadi sebagai wujud dari
adanya modal sosial yang menunjang terjadinya hal tersebut. Teknologi yang
dimaksud dalam hal ini tidak harus berbentuk fisik tetapi dapat berbentuk
infomasi tentang konsep proses, pasar, dll. Biasanya hal tersebut terjadi tanpa
biaya, dan merupakan keharusan bagi anggota kelompok untuk berbagi informasi,
ini sudah terjadi turun temurun, dan merupakan semangat kebersamaan, gotong
royong dalam kelompok.
Mekanisme hubungan yang terjadi di dalam klaster di atas
sesuai dengan pengertian modal sosial menurut Fukuyama (2000), yaitu, modal
sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki
bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka. Dengan demikian modal social merupakan suatu
rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan,
normanorma, dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya
koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama,
Tahap berikutnya dari analisis ini adalah merumuskan model
organisasi koperasi yang mengacu pada model A. Hanel tetapi dengan memasukkan
konsepsi modal sosial dan modal ekonomi ke dalam model tersebut, adapun gambar
model tersebut adalah :
Modal
Sosial pada gambar di atas menjadi dasar yang kokoh dalam merekatkan
kepentingan ekonomi, dan untuk mewujudkan kepentingan ekonomi yakni
meningkatkan kesejahteraan bersama anggota koperasi, tentunya dengan
menggunakan modal ekonomi secara efektif dan efisien. Jadi pada prinsipnya
model koperasi A Hanel menjadi bias pada tahap implementasi karena tidak secara
tegas memisahkan modal sosial dan modal ekonomi dalam koperasi.
VI.
Kesimpulan
dan saran
A. Kesimpulan
- Modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah institusi atau kelompok yang menopang (underpinning) kehidupan sosial, melainkan dengan spektrum yang lebih luas. Yaitu sebagai perekat (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersamasama.
- Modal Sosial sebagai perekat yang memperkokoh jalinan hubungan antar anggota sebagai basis yang akan memperkuat kebersamaan dalam mencapai kepentingan dan tujuan ekonomi, sehingga penggunaan modal ekonomi akan efektif dan efisien.
- Penguatan modal sosial akan menghilangkan trade off yang terjadi dalam organisasi koperasi sebagai sebuah organisasi sosio ekonomi.
- Bergabungnya anggota dalam koperasi bukan hanya karena kepentingan ekonomi yang sama semata saja, namun juga ada kesamaan dalam kepentingan sosial yang akan lebih merekatkan hubungan antar pribadi.
B.
Saran
- Perlu dilakukan sosialisasi terhadap anggota koperasi untuk memahami bahwa modal sosial merupakan basis bagi pengembangan koperasi dalam meningkatkan produktivitas untuk kesejahteraan anggota.
- Pada tahap implementasi pembinaan untuk pengembangan koperasi, maka sebaiknya hal pertama yang harus disentuh adalah modal sosial, agar perekatan dalam mekanisme hubungan antar pribadi menjadi lebih kuat sehingga lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan modal ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan
Daftar
Pustaka
Agus
Supriono , Dance. Flassy, Sasli Rais.2007. Modal Sosial: Definisi, Demensi,
dan Tipologi. Jakarta: MR-United
Press.
Bachrulhajat
Koswara, dkk. 2004. Mengurangi Tekanan Penangkapan (Overfishing) Melalui Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Skala
Kecil Di Daerah Padat Tangkap (Kasus Pantai
Utara Jawa Barat). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung.
……………………….
2009. Bioeconomic Analysis of Fisheries (Edisi Bahasa Indonesia). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran Bandung.
Badan
Perencanaan Daerah Propinsi Jawa Barat 2007. Rencana Arah Pengembangan
Bisnis Kelautan Jawa Barat.
Bourdieu,
P. 1986. The Form of Capital. In J. Richardson (Ed). Handbook of Theory
and Research for Sociology of Education.
New York: Greenwood Press.
Burt.
R.S. 1992. Excerpt from The Sosial Structure of Competition, in Structure
Holes: The Social Structure of
Competition. Cambridge, MA and London: Harvard University. In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of
Social Capital. Massachusetts: Edward Elgar
Publishing Limited.
Coleman,
J. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital. Cambridge
Mass: Harvard University Press.
Dinas
Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2009. Laporan Tahunan, Tahun 2008
Fukuyama
2000. Social Capital and Civil Society. International Monetary Fund Working
Paper, WP/00/74, 1-8. In Elinor Ostrom
and T.K. Ahn. 2003. Foundation of Social Capital. Massachusetts: Edward Elgar Publishing
Limited.
Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2009. Kelautan dan Perikanan
Dalam Angka, Marine and Fisheries Figure
2009.
Porter,
Michael E. 1998. Clusters and the New Economics of Competition. Harvard BusinessReview;Boston,Nov/Dec 1998.
Sung
cho, Dong, Chang moon, Hwy. 2000. From Adam Smith to Michael Porter,Evolution
of Competitiveness Theory, Asia
Pacific Business Series Vol 2. World Scientific Publishing. Singapore Co. Pie. Ltd.
Tajerin.
2007. Peranan Teknologi Dalam Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Antar Daerah Pesisir Di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal
Ekonomi Pembangunan,Vol 12. No. 1. Hal. 179-194
Nama : MUTIA AZILA
NPM : 25211046
Kelas : 2EB10